Minggu, 13 Februari 2011

APAKAH ORANG YANG SUDAH MENINGGAL DAPAT MEMPEROLEH MANFAAT DARI APA YANG DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG MASIH HIDUP ?

Posted by mwcnu.jonggol 21.05, under | No comments

Oleh : Katib Syuriah PCNU Kab. Bogor
I. Dalam dua hal, kalangan fuqoha dan ahli tafsir sepakat bahwa ruh orang yang sudah meninggal dapat memperoleh manfaat dari apa yang dilakukan oleh orang yang masih hidup. Kedua hal itu adalah[1] :
1. Hal yang ditimbulkan oleh apa yang dikerjakan orang yang sudah meninggal ketika masih hidup. Dasarnya :
عن ابي هريرة رضى الله عنه, أن رسول الله صلي الله عليه وسلم قال : اذا مات ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاث : صدقة جارية, او علم ينتفع به, او ولد صالح يدعوله. رواه مسلم
“Dari Abi Hurairah ra, bahwasanya Raslulullah saw pernah bersabda; apa bila anak Adam telah mati terputuslah amalnya kecuali hal : shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan.” HR. Muslim
عن جرير ابن عبد الله قال رسول اله صلي الله عليه وسلم قال : من سن في الاسلام سنة حسنة فله أجرها واجر من عمل بها من بعده من غير ان ينقص من اجورهم شيئ, ومن سن في الاسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير ان ينقص من اوزارهم شيئ. رواه مسلم
“Dari Jarir bin Abdillah ra, Rasulullah saw pernah bersabda : barang siapa memberi jalan kebaikan dalam Islam, maka baginya pahala kebajikan itu dan pahala orang yang mengikuti mengerjakan kebajikan itu sesudahnya tiada tanpa dikurangi pahalanya sidikitpun. Barang siapa membuat jalan keburukan dalam Islam, baginya dosa keburukan itu dan dosa orang yang mengikutinya mengerjakan keburukan itu sesudahnyam tanpa dikurangi sedikitpun.” HR. Muslim
2. Doa, istigfar dan shadaqah kaum muslimin
والذين جاؤوا من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم (الحشر : 10)
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al-Hasyr (59) : 10)
عن عوف بن مالك قال : صلي رسول الله صلي الله عليه وسلم علي جنازة, فحفظت من دعائه : اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه واكرم نزله واوسع مدخله واغسله بالماء والثلج والبرد ونقه من الخطأ كما نقيت الثوب الابيض من الدنس وابدله درا خيرا من داره واهلا خيرا من اهله وزوجا خيرا من زوجه وادخله الجنة واعذه من عذاب القبر وعذاب النار رواه مسلم
“Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata : Rasulullah saw pernah shalat atas satu jenazah, kemudia aku hafal doa yan beliau sampaikan (untuk jenazah tersebut), ia berdo’a : “ya Allah, berilah ia apunan, kasih sayang, dan keselamatan. Tempatkan ia pada tempat yang mulya, lapangkan kuburnya. Mandikan ia dengan dengan air, embun dan salju. Bersihkanlah kesalahannya sebagaimana engkau bersihkan pakaian yang putih dari kotoran. Gantilah tempat tinggalnya, keluarganya, pasangannya dengan yang lebih baik. Masukkan ia ke surga dan selamatkanlah dari siksa kubur dan siksa neraka !” HR. Muslim
عن عائشة رضي الله عنها : أن رجلا اتي النبي صلي الله عليه وسلم, فقال يا رسول الله ان امي افتلتت نفسها ولم توص واظنها لو تكلمت تصدقت. أفها أجر ان تصدقت عنها ؟ قال : نعم . أخرجه البخاري ومسلم
Dari A’isyah ra, seorang laki-laki pernah mendatangi Nabi Muhammad saw lalu bertanya ; “Ibuku telah meninggal dunia tanpa berwasiat. Aku menduga, jika ia dapat berbicara ia ingin bershodaqoh. Apakah ia akan mendapat pahala jika aku bershadaqoh atas namanya ? Rasulullah saw menjawab ; ya, ia mendapat paala!” HR. Bukhori dan Muslim.
عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما : ان سعد بن عبادة توفيت امه وهي غائب. فاتي النبي صلي الله عليه وسلم. فقال يا رسول الله ان امي توفيت وانا غائب عنها. فهل ينفعه ان تصدقت عنها. قال : نعم. فاني اشهدك أن حائطي المخراف صدقة عنها. رواه ا لبخاري
“Dari Abdullah bin Abbas ra, ia menceritakan : Ibunda Sa’ad bin Ubadah wafat, sementara ia tidak mendampinginya. Sa’ad kemudian mendatangi Nabi Muhammad saw dan bertanya ; “Apakah bermanfaat jika aku bershadaqoh atas namanya ? Rasul saw menjawab, ya bermanfaat. Jika demikian, mohon engkau saksikan bahwa kebunku yang di Mikhrof itu shadaqah atas nama ibuku!” HR. Bukhori
II. Mengenai apakah puasa, haji, pembacaan al-Qur’an, dzikir dari orang yang masih hidup dapatkah bermanfaat bagi orang yang sudah meninggal, ulama berbeda pendapat.
1. Yang masyhur dari Imam Malik ; yang demikian itu tidak sampai pahalanya (tidak bermanfaat) bagi mayit.[2] Dasarnya adalah
ألا تزر وازرة وزر أخرى. وأن ليس للإنسان إلا ما سعى. وأن سعيه سوف يرى (النجم (53) :38-40)
“Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (Q.S. Al-Najm (53) : 38-40)
لا يكلف الله نفسا إلا وسعها لها ما كسبت وعليها ما اكتسبت ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين (البقرة : 286)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Q.S. Al-Baqoroh : 286)
فاليوم لا تظلم نفس شيئا ولا تجزون إلا ما كنتم تعملون (يس (36) : 54)
“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Yaasin (36) :54)
من عمل صالحا فلنفسه ومن أساء فعليها وما ربك بظلام للعبيد (فصلت (41) : 46)
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang shaleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).” (Q.S. Fushshilat (41) : 46)
عن ابن عباس رضي الله عنه : لا يصلي احد عن احد ويصوم احد عن احد ولكن يطعم عنه مكان كل يوم مدا من حنطة رواه النسائي
Dari Ibnu Abbas ra : Rasulullah saw bersabda ; seseorang tidak dapat shalat untuk orang lain, tidak juga puasa untuk orang lain. Melainkan ia memberi makanan perhari satu mud gamndum. HR. Al-Nasa’i
عن ابي هريرة رضى الله عنه, أن رسول الله صلي الله عليه وسلم قال : اذا مات ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاث : صدقة جارية, او علم ينتفع به, او ولد صالح يدعوله. رواه مسلم
“Dari Abi Hurairah ra, bahwasanya Raslulullah saw pernah bersabda; apa bila anak Adam telah mati terputuslah amalnya kecuali hal : shadaqoh jariyah, ilmy yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan. HR. Muslim
وعنه : ان ما يلحق الميت من عمله وحسناته بعد موته علما نشره رواه ابن ماجه
“Sesungguhnya termasuk hal yang akan menemui mayit setelah mati dari amal dan kebajikannya adalah ilmu yang disebarkannya.” HR. Ibn Majah
Adapun hadits-hadits tentang shadaqoh, kendatipun sanadnya shahih, tetapi matannya dha’if.
2. Jumhur salaf dan madzhab Hanbali menganggap sampainya pahala-pahala tersebut pada orang yang sudah meninggal. Dasarnya adalah :
والذين جاؤوا من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم (الحشر : 10)
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al-Hasyr (59) : 10)
فاعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات والله يعلم متقلبكم ومثواكم. (محمد : 19)
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (Q.S. Muhammad (47) : 19)
ربنا اغفر لي ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب (الحشر : 41)
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Q.S. Ibrahim (14) : 41)
رب اغفر لي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا (نوح : 28)
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kebinasaan.”
(Q.S. Nuh (71) : 28)
Asbabun nuzul dari Q.S. Al-Najm ; 38-40 adalah tatkala Walid bin al-Mughirah masuk Islam diejek oleh orang-orang musyrik, mereka berkata “kalau kamu kembali pada agama kami, kami akan menanggung siksamu diakhirat. Maka Allah menurunkan ayat tersebut untuk menunjukkan bahwa seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain. Namun demikian ayat itu bukan berarti menghilangkan pekerjaan orang lain untuk orang lain.
Ibn Abbas menyatakan bahwa ayat di atas mansukh oleh ayat[3] ;
والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين (الطور (52) : 21)
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Q.S. Al-Thuur (52) : 21)
Manusia dengan usahanya berhasil mendapatkan teman, suami, istri, anak, dan menorehkan kebajikan. Dengan usahanya itu mereka semua menjadi sayang sehingga menghadiahkan pahala-pahala ibadah tersebut. Terjadinya ini tentu sebab usahanya juga. Dengan demikian, ini tidak bertentangan dengan maksud dari ayat-ayat diatas. Sabda Nabi Muhammad saw :
عن عائشة رضي الله عنه, ان رسول الله صلي الله عليه وسلم قال : من مات وعليه صيام صام عنه وليه رواه البخاري ومسلم
“Dari A’isyah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda; “barang siapa meninggal dunia dengan meninggalkan puasa, maka wali dapat puasa mengantikannya.”
HR. Bukhori dan Muslim
ان من أطيب ما أكل الرجل من كسبه وان ولده من كسبه رواه البخاري والترمذي والنسائي
“Sesungguhnya makanan terbaik yang dimakan sesorang adalah yang dari hasil usahanya sendiri. Dan termasuk hasil usahanya adalah anak.” HR Bukhori, Tirmidzi dan Nasa’i
عن ابن عباس رضي الله عنه. جاء رجل الي النبي صلي الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ان أمي ماتت وعليها صوم شهر. أفاقضيها عنها ؟ قال: نعم, فدين الله أحق ان يقضي رواه البخاري ومسلم
“Dari Ibn Abbas ra ; telah datang kepada Nabi Muhammad saw seorang laki-laki. Lalu ia bertanya pada Nabi saw ; “ibuku telah wafat meninggalkan puasa selama satu bulan. Bolehkah mengqahdha puasanya? Nabi saw menjawab; boleh, apalagi hutang kepada Allah Swt lebih berhak dibayar.” HR. Bukhori dan Muslim.
عن ابن عباس رضي الله عنهما أن امرأة من جهينة جاءت الي النبي صلي الله عليه وسلم, فقالت : ان أمي نذرت ان تحج فلم تحج حتي ماتت. أفحج عنها؟ قال حجي عنها. أرأيت لو كان علي امك دين اكنت قاضيته. اقضوا الله, فالله احق با القضاء رواه البخاري
“Dari Ibn Abbas ra, seorang wanita dari Juhainah mendatangi Nabi saw dan bertanya ; “sesungguhnya ibuku pernah bernazar akan melaksanakan haji, tetapi nazarnya itu belum terlaksana sampai ia meninggal dunia. Bolehkah aku berhaji untuknya? Nabi saw menjawab ; Apa pendapatmu jika ibumu memiliki hutang, bolehkah kamu membayarkan hutangnya itu ? Bayarlah hutang pada Allah. Sebab hutang Kepada Allah Swt lebih berak untuk dibayar!” HR. Bukhori
Imam Ibn Taymiyyah berkata ; “orang yang berkata bahwa pahala orang yang hidup tidak sampai kepada orang yang sudah meninggal adalah ahli bid’ah. Sebab ulama telah sepakat bahwa mayit mendapat manfaat dari do’a dan amal shaleh orang yang masih hidup.[4]
Ketika ditanya tentang bacaan al-Qur’an, tahmid, tahlil, tasbih apa bila dihadiyahkan kepada mayit apakah pahalanya sampai atau tidak? Imam Ibn Taimiyyah menjawab ; “bacaan mereka sampai.” [5]
Imam Ibn Qoyyim berpendapat bahwa ibadah terbagi dua ; ibadah badaniyyah dan ibadah maliyyah. Ketika Syari’ mengingatkan akan sampainya pahala puasa, hal itu menunjukkan sampainya seluruh ibadah badaniyyah. Ketika Syari’ mengingatkan sampainya pahala shadaqoh, hal itu menunjukkan sampainya seluruh ibadah maliyyah.[6]


[1] Ibn Qoyyim al-Jawziyyah, al-Ruh, Dar al-Fikr, Beirut, hal. 119.
[2] Ibid. Lihat juga, dalam al-Adzkar al-Nawawi, imam Syarof al-Din al-Nawawi, hal. 140.
[3] (Tafsir al-Thabari (9) 41-44)
[4] Imam Ibn Taymiyyah, Majmu’ Fatawa (24) : 306.
[5] Ibid, hlm. 324.
[6] Ibn Qoyyim, al-Ruh, hal. 123